BAB I
Pendahuluan
1.
Latar Belakang
Manusia sebagai makhluk
social memiliki sebuah naluri untuk saling membutuhkan satu dengan yang lainnya
dan juga kelompok. Hal ini di karenakan manusia membutuhkan orang lain dalam
rangka mengembangkan kehidupannya dan sharing atas ilmu dan pengetahuan yang ia
ketahui.
Kelompok social juga memilki sebuah peranan dalam pembentukan norma dalam
masyarakat. Dalam kelompok akan terjadi interaksi di mana saat salah satu
anggota kelompok melakukan kesalahan maka anggota kelompok yang lainnya akan menilai
baik-buruknya perilku tersebut. hal ini lah yang kelak akan menetukan arah dari
interaksi kelompok tersebut di mana ada aturan dan tata cara yang berlaku dalam
kelompok sehingga terjadi sebuah komunikasi dan interaksi yang efektif dalam
mengembangkan kelompok social.
Keluarga sebagai salah satu jenis kelompok social atau disebut dengan
primary group merupakan salah satu kelompok di mana norma-norma itu dibentuk.
Dengan adanya pembentukan norma dalam keluarga maka akan membentuk pula norma
bagi anggota kelompok yang akan ia aplikasikan ke dalam masyarakat.
Tujuan dibnetuknya keluarga adalah untuk memenuhi kebutuhannya untuk hidup
berpasangan, mendapatkan ketentraman, kedamaian dan kasih sayang (Sakinah,
mawadah, warahmah) dan juga untuk mempertahankan keturunanya. Sehingga dalam
keluarga akan terjadi sebuah interaksi dimana ada norma yang mengatur dalam
keluarga. Baik itu terhadapa ayah, ibu dan anak-anak. Interaksi yang intens dan
dekat ini akhirnya bisa membentuk kepribadian dari masing-masing keluarga. Ada
norma-norma yang diajarkan dan dipegang teguh oleh keluarga sehingga saat salah
satu anggota keluarga berganti peran kedalam kelompok yang lebih besar yakni
masyarakat maka norma dalam keluarganya tersebutlah yang akan ia jadikan
pegangan. Sebagai contoh jika dalam sebuah keluarga seorang anak di ajarkan
sejak kecil untuk hormat dan sopan kepada orang tua maka dalam masyarakat anak
tersebutpun akan menerapakan norma tersebut. ia akan patuh dan hormat terhadap
orang yang lebih tua. Beda halnya jika anak tersebut hidup dalam keluarga yang
sering terdengar pertengkaran ataupun kata-kata jorok maka dalam masyarakat
anak tersebut juga akan mudah sekali bertengakr dengan temannya dan juga
mengeluarkan kata-kata jorok.itulah mengapa sebabnya penanaman norma yang baik
dalam keluarga sangat dibutuhkan dalam perkembangan seorang anggota keluarga
untuk berada di tengan kelompok masyarakat.
Kondisi yang terlihat saat ini adalah dimana keluarga sudah tidak lagi
menjadi sekolah norma pertama dalam kelompok social. Keluarga saat ini hanya
dijadikan sebuah hubungan lahir dimana tidak ada pendidikan terhadap ayah,
istri maupun anak. Kebutuhan akan
materiil membuat seseorang dalam keluarga cenderung melakukan sedikit interaksi
dengan anggota keluarga lainnya. Ayah sibuk bekerja di kantor, ibu pun
terkadang ada yang bekerja atau sibuk dengan arisan dan ke salon, sedangkan
anak terkadang sibuk dengan berbagai macam kursus bahkan ada yang menjadi tidak terurus. Interaksi yang
kurang antara anggota keluarga satu dengan yang lainnya menyebabakan ayah lebih
cenderung menerapkan norma yang ada di kantor ataupun tempat kerjanya contohnya
saja bawahan harus tunduk pada pimpinan atau adanya kesewenangan pimpinan dalam
kantor sehingga yang diterapkan dalan rumah adalah otoritarisme seorang ayah
disbanding dengan system musyawarah dalam keluarga. Istri saat sibuk dengan
pekerjaannya (saat ia wanita karier) ataupun sibuk dengan agenda-agendanya
tanpa peduli dengan kondisi suami dan anakanya akan mudah terpengaruh atas
lingkungan didekatnya yakni gampang bergosip ria hingga ada istri yang
selingkuh karena merasa tidak lagi diperhatikan oleh suaminya. Dampak paling
besar adalah kepada anak di mana anak akan mengopy paste apa-apa yang ia dapat
dari ayah dan ibunya dan juga meniru apa yang ia dapat dari media dan
teman-temannya yang mana media saat ini lebih menjerumuskan kepada hal-hal
negative seperti seks bebas, narkoba
dll.
Disinilah peran pembentukan norma dalam keluarga agar ada nilai-nilai
positif yang dapat diambil dan dapat memfilter apa yang anggota keluarga dapat
dari lingkungan masyarakat.
2.
Rumusan Masalah
dalam makalah ini yang menjadi rumusan masalahnya
adalah :
1.
Apakah
itu keluarga dan bagaimana peran keluarga dalam pembentukan norma kepada
anggota keluarga?
2.
Factor-faktor apakah yang
mempengaruhi pembentukan norma dalam keluarga?
3.
Bagaimanakah dampak dari
ketiadaannya pembentukan norma dalam keluarga?
4.
Bagaimankah proses pembentukan
norma yang seharusnya di lakukan dalam keluarga?
BAB II
Pembahasan
1.
Pengertian keluarga dan pembentukan norma dalam keluarga
Kata keluarga dapat diambil
kefahaman sebagai unit sosial terkecil dalam masyarakat, atau suatu organisasi bio-psiko-sosio-spiritual
dimana anggota keluarga terkait dalam suatu ikatan khusus untuk hidup bersama
dalam ikatan perkawinan dan bukan ikatan yang sifatnya statis dan membelenggu
dengan saling menjaga keharmonisan hubungan satu dengan yang lain atau hubungan
silaturrahim. Sementara satu keluarga dalam bahasa Arab adalahal-Usroh yang
berasal dari kata al-asru yang secara etimologis mampunyai arti ikatan. Al-
Razi mengatakan al-asru maknanya mengikat dengan tali, kemudian meluas menjadi
segala sesuatu yang diikat baik dengan tali atau yang lain.
Tujuan pembentukan seseorang
membentuk sebuah keluarga pada umumnya karena ia meras membutuhkan seseorang
untuk menjadi pendamping hidupnya, membutuhkan tempat penyaluran biologis dan
juga untuk mempertahankan keturunannya. Tentunya tidak semudah itu seseorang
dapat dengan mudah bisa berkeluarga karena keluarga bukan hanya sekedar hubungan
biologi tetapi juga seperti yang di sebut di awal adalah hubungan psikologis
yang mana keluarga diharapkan dapat menjadi penentram kehidupan dan mencapai
kebahagiaan, dan juga ada pembebanan-pembebanan tanggung jawab didalamnya.
Secara spiritual sebuah keluarga harus menajadi sekolah spiritual pertama bagi
masing-masing anggota yang ada didalammnya adanya saling mengingatkan, membina
dan mendidik antara satu anggota dan anggota lainnya.
Keluarga sebagai unit sosial
terkecil dalam masyarakat merupakan lingkungan budaya pertama dan utama dalam
rangka menanamkan norma dan mengembangkan berbagai kebiasaan dan perilaku yang
dianggap penting bagi kehidupan pribadi, keluarga dan masyarakat.
Pengaruh norma dalam keluarga ini terutama sangat
berpengaruh terhadap seorang anak. Hal ini dikarenakan Sejak lahir,
seorang anak telah mengalami proses sosialisasi.
Artinya, sejak lahir seseorang
melakukan proses belajar mengenai bagaimana bertindak dan berperilaku sesuai
dengan nilai dan norma norma sosial yang berlaku di dalam masyarakat melalui
refleksi terhadap orang lain. Dengan demikian, nilai dan norma tersebut
telah menjadi bagian dari dirinya. Ia akan selalu berperilaku atau bertindak
sesuai dengan nilai dan norma norma tersebut. Selain itu nilai dan norma sosial
juga menjadi bagaimana pola sosialisasi akan berlangsung dalam diri seseorang.
Pada hakikatnya sosialisasi primer dalam keluarga
merupakan langkah penting bagi anak dalam beradaptasi dan mempelajari
nilai dan norma dalam masyarakat, karena apa yang telah dipelajari sejak kecil
akan menentukan bagaimana seorang anak di masa depan maupun dalam memilih
pergaulan.
2.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan norma dalam keluarga.
Dalam pembentukan norma dalam keluarga ada beberapa
factor yang mempengaruhi cepat lambatnya pembentukan norma dalam keluarga. Beberapa factor tersebut adalah :
a.
Faktor Internal yakni factor
yang berasal dalam diri tiap-tiap anggota kelompok tersebut. beberapa factor
internal adalah
1.
Intelegensi atau taraf
pendidikan anggota keluarga, hal ini dikarenakan kebanyak keluarga yang taraf
pendidikannya rendah tidak faham terkait cara pendidikan anak yang baik dan
norma masyarakt yang diterima.
2.
Pengalaman pribadi atau
kejadian yang ia alami di keluarganya dahulu.
3.
Usia, factor ini lebih kepada
adanya dominasi bahwa yang tua harus dipatuhi dan dihormati. Semua yang benar
adalah orang yang lebih tua karena memiliki pengalaman yang lebih dibanding
yang muda.
4.
Egoism, keras kepala dan rasa
superioritas dan tidak mau kalah akan sangat menghambat penerimaan norma dalam
keluarga. Contohnya saja saat seorang istri merasa sudah mampu bekerja sendiri
dan penghasilannya lebih banyak maka istri cenderung meremehkan suami dan tidak
hormat kepada suami.
5.
Kedudukan dalam keluarga, dalam
hal ini biasanya ayahlah yang mendominasi, jika tidak orang tua akan lebih
mendominasi setiap keputusan dan aturan dari keluarga dibanding dengan
anak-anak.
6.
Kepribadian, kepribadian yang
buruk maka akan membawa efek buruk bagi anak-anak. Karena anak akan lebih
cenderung meniru apa yang dilakukan oleh orang tuanya.
b.
Factor internal yakni factor
yang berasal dari luar keluarga itu sendiri di mana terkadang factor luar ini
yang sangat mempengaruhi perkembangan norma dalam keluarga. Beberapa factor tersebut adalah ;
1.
Ekonomi,
factor ini lah yang sering menyebabkan proses pembentukan norma dalam keluarga
bisa menjadi lebih cepat ataupun lebih lambat. Dengan kondisi finansial memadai
bisa jadi orang tua akan lebih bisa menghabiskan waktu bersama keluarga. Lain
halnya jika ekonomi ini justru membuat orang-orang dalam anggota keluarga hanya
sibuk mencari uang. Sehingga interaksi yang ada menjadi jarang dan proses pembentukan norma
tersebut menjadi lambat.
2.
Pergaulan, tentunya kita semua
tahu pergaulan sangat mempengaruhi norma masing-masing anggota keluarga. Saat
pergaulannya lebih dekat dengan orang-orang baik yang penuh dengan semangat
untuk memperbaiki diri maka karakter yang dibangunpun tidak jauh dari
lingkungannya. Beda jika lingkungannya adalah lingkungan pecandu narkoba maka
mengonsumsi narkoba menjadi sah-sah saja dalam pergaulannya.
3.
Media baik elektonik maupun
cetak, di dunia informasi yang semakin cepat dan terbuka berbagai hal muncul di
media.entah itu baik maupun buruk. Contoh saja saat media mengangkat Ariel
peterpan menjadi penyanyi ternama sehingga digemari oleh banyak anak remaja.
Dan ketika ia bersalah melakukan dan meyebarkan video porno maka menurut para
penggemar fanatiknya itu bukanlah masalah.mereka terus saja memuja dan mengidolakan
ariel. Bahkan yang terparah adalah orang tersebut melakukan hal yang sama
seperti orang yang diidolakannya.
Factor-faktor
tersebut sangat mempengaruhi perkembangan norma dalam sebuah keluarga.
3.
Dampak dari ketiadaannya pembentukan norma dalam keluarga.
Jika kita melihat kondisi
keluarga-keluarga modern saat ini sebuah keprihatinan yang mendalam atas
kondisi ini karena keluarga saat ini sudah tidak menjadi guru norma pertama.
Hal ini karena semakin banyaknya orang yang berorientasi akan materi dan lupa
akan kewajibannya dalam keluarga secara psikologis dan spiritual. Anak hanya
dipenuhi kebutuhannya akan finansial, istri semakin banyak yang bekerja dari
pagi hingga malam hingga lupa atau mengabaikan tugas utamnya sebagai pendidik
dalam keluarga. Dan ayah juga sama hanya menjadi ayah biologi dan tidak meberikan
bimbingan kepada istri dan juga anak. Hal ini menyebabkan proses pentransferan
nilai dan norma dalam keluarga menjadi terhambat bahkan tidak ada.
Dampak dari ketiadaannya pembentukan norma tersebut
biasanya berdampak saat anggota keluarga berada di tengah masyarakat. Interaksi
yang lebih intens dengan lingkungan atau kelompok lain yang negative akan
membawa anggota keluarga menerapkan dan meniru norma yang ia dapat dalam
pergaulan dan media. Dan dampak secara khusus kepada anak adalah timbulnya kenakalan-kenakalan
social yang akhirya bisa berdampak menjadi sebuah patologi social.
4.
Proses pembentukan norma yang seharusnya dilakukan dalam keluarga.
Keluarga sebagai unit sosial
terkecil dalam masyarakat merupakan lingkungan budaya pertama dan utama dalam
rangka menanamkan norma dan mengembangkan berbagai kebiasaan dan perilakuyang
dianggap penting bagi kehidupan pribadi, keluarga danmasyarakat.
Dalam buku TheNational Studi
on Family Strength,Nick dan De Frain mengemukakan beberapa hal tentang pegangan
menuju hubungan keluarga yang sehat dan bahagia, yaitu:
1. Terciptanya kehidupan beragama dalam keluarga
2. Tersedianya waktu untuk bersama keluarga
3. Interaksi segitiga
antara ayah, ibu dan anak
4. Saling menghargai
dalam interaksi ayah, ibu dan anak
5. Keluarga menjadi prioritas
utama dalam setiap situasi dan kondisi
Seiring kriteria keluarga yang
diungkapkan diatas, sujana memberikan beberapa fungsi pada pendidikan keluarga
yangterdiri dari fungsi biologis, edukatif, religius, protektif,sosialisasi dan
ekonomis.
Dari beberapa fungsi tersebut,
fungsi religius dianggap fungsi paling penting karena sangat erat kaitannya
dengan edukatif, sosialisasi dan protektif. Jika fungsi keagamaan dapat
dijalankan, maka keluargatersebut akan memiliki kedewasaan dengan pengakuan
pada suatu system dan ketentuan norma beragama yang direalisasikan di
lingkungan dalam kehidupan sehari-hari.
Tiga tahapan penanaman norma dalam kelarga adalah
:
1. Norma agama, di mana
penanaman akan akidah dan keimanan yang lebih ditonjolkan karena saat norma
agama sudah di bangun maka yang lainpun akan mengikuti.
2. Penanaman
intelegensia di mana rumah menjadi sekolah pertama dalam mengembangkan
intelegensi seorang anak.
3. Penanaman kepribadian dan social
Tiga tahapan proses penanaman norma dalam keluarga ini harus dilaksanakan
secara intensif dan menggunakan pendekatan-pendekatan kultural yang berbeda
dari penerapan yang anak dapat dari luar baik sekolah maupun masyarakat
sehingga tidak ada keterpaksaan dalam keluarga untuk mengikuti norma yang ada.
Saat ia sudah trbiasa dengan pembentukan norma yang baik dalam keluarga maka
saat ia ke masyarakat akan memilki filter dan dapat membedakan antara norma
yang pantas dan tidak pantas ia lakukan.
BAB III
Penutup
1.
Kesimpulan
Keluarga sebagai unit terkecil dalam kelompok social
sangat memiliki pengaruh besar dalam pembentukan norma anggota keluarga. Saat
keluarga tidak lagi menjadi sekolah norma pertama bagi anggota-anggota yang ada
maka saat berbaur di masyarakat akan terjadi ketimpangan norma dalam
individu-individu yang ada. Individu tersebut akan lebih menerapkan norma yang ia
dapat dari luar. Jika norma yang ia dapat baik mungkin tidak maslah akan tetapi
jika norma yang ia terima adalah norma yang bertentangan dengan norma yang
berlaku di masyarakat pada umumnya karena kelompok sosialnya yang buruk maka
akan terjadi sebuh pentimpangan perilaku individu tersebut dalam masyarakat.
Saat proses sosialisasi norma dalam keluarga itu baik maka individu tersebut
akan memilki filter saat brinteraksi dengan lingkunga luar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar